7 TEKNOLOGI KUNO DI INDONESIA DI MASA NENEK MOYANG
1. Borobudur
Bahkan dengan kecanggihan yang ada pada masa kini, sulit membangun
sebuah candi yang mampu menyamai candi Borobudur. Borobudur juga
mengadopsi Konsep Fraktal. Fraktal adalah bentuk geometris yang memiliki
elemen-elemen yang mirip dengan bentuknya secara keseluruhan. Candi
borobudur sendiri adalah stupa raksasa yang di dalamnya terdiri dari
stupa-stupa lain yang lebih kecil. Terus hingga ketidakberhinggaan.
Sungguh mengagumkan nenek moyang kita sudah memiliki pengetahuan
seperti itu. Bangunan Candi Borobudur benar-benar bangunan yang luar
biasa.
2. Kapal Jung Jawa
Dalam catatan perjalanan keagamaan I-Tsing (671-695 M) dari Kanton ke
Perguruan Nalanda di India Selatan disebutkan bahwa ia menggunakan kapal
Sriwijaya, negeri yang ketika itu menguasai lalu lintas pelayaran di
"Laut Selatan".
Pelaut Portugis yang menjelajahi samudera pada pertengahan abad ke-16
Diego de Couto dalam buku Da Asia, terbit tahun 1645 menyebutkan, orang
Jawa lebih dulu berlayar sampai ke Tanjung Harapan, Afrika, dan
Madagaskar. Ia mendapati penduduk Tanjung Harapan awal abad ke-16
berkulit cokelat seperti orang Jawa. "Mereka mengaku keturunan Jawa,"
kata Couto, sebagaimana dikutip Anthony Reid dalam buku Sejarah Modern
Awal Asia Tenggara.
Berdasarkan relief kapal di Candi Borobudur membuktikan bahwa sejak dulu
nenek moyang kita telah menguasai teknik pembuatan kapal. Kapal
Borobudur telah memainkan peran utama dalam segala hal dalam bahasa
Jawa pelayaran, selama ratusan ratus tahun sebelum abad ke-13. Memasuki
abad ke-8 awal, kapal Borobudur digeser oleh Jung besar Jawa, dengan
tiga atau empat layar sebagai Jung. Kata "Jung" digunakan pertama kali
dalam perjalanan biksu Odrico jurnal, Jonhan de Marignolli, dan Ibn
Battuta berlayar ke Nusantara, awal abad ke-14.
Mereka memuji kehebatan kapal Jawa raksasa sebagai penguasa laut Asia
Tenggara. Teknologi pembuatan Jung tak jauh berbeda dari karya kapal
Borobudur; seluruh badan kapal dibangun tanpa menggunakan paku.
Disebutkan, jung Nusantara memiliki empat tiang layar, terbuat dari
papan berlapis empat serta mampu menahan tembakan meriam kapal-kapal
Portugis.
Bobot Pengunjung rata-rata sekitar 600 ton, melebihi kapal perang
Portugis. pengunJung terbesar dari Kerajaan Demak bobotnya mencapai
1.000 ton yang digunakan sebagai pengangkut pasukan Nusantara untuk
menyerang armada Portugis di Malaka pada 1513. Bisa dikatakan, kapal
jung Nusantara ini disandingkan dengan kapal induk di era modern
sekarang ini.
3. Keris
materi-materi alam lainnya.
Keris yang mulanya dari lembaran besi yang dilipat-lipat hingga kadang
sampai ribuan kali lipatan sepertinya akan tetap senilai dengan
prosesnya yang unik, menarik dan sulit. Perkembangan teknologi tempa
tersebut mampu menciptakan satu teknik tempa Tosan Aji ( Tosan = besi,
Aji = berharga). Pemilihan akan batu meteorit yang mengandung unsur
titanium sebagai bahan keris, juga merupakan penemuan nenek moyang kita
yang mengagumkan. Titanium lebih dikenal sebagai bahan terbaik untuk
membuat keris karena sifatnya ringan namun sangat kuat.
Kesulitan dalam membuat keris dari bahan titanium adalah titik leburnya
yang mencapai 60 ribu derajat celcius, jauh dari titik lebur besi, baja
atau nikel yang berkisar 10 ribu derajat celcius. Titanium ternyata
memiliki banyak keunggulan dibandingkan jenis unsur logam lainnya. Unsur
titanium itu keras, kuat, ringan, tahan panas, dan juga tahan karat.
Unsur logam titanium baru ditemukan sebagai unsur logam mandiri pada
sekitar tahun 1940, dan logam yang kekerasannya melebihi baja namun
jauh lebih ringan dari besi. Dalam peradaban modern sekarang, titanium
dimanfaatkan orang untuk membuat pelapis hidung pesawat angkasa luar,
serta ujung roket dan peluru kendali antar benua.
4. Benteng Keraton Buton
Benteng yang berbentuk lingkaran ini memiliki panjang keliling 2.740
meter. Benteng ini memiliki 12 pintu gerbang dan 16 pos jaga / kubu
pertahanan (bastion) yang dalam bahasa setempat disebut baluara. Tiap
pintu gerbang (lawa) dan baluara dikawal 4-6 meriam. Jumlah meriam
seluruhnya 52 buah. Pada pojok kanan sebelah selatan terdapat
godana-oba (gudang mesiu) dan gudang peluru di sebelah kiri.
Letaknya pada puncak bukit yang cukup tinggi dengan lereng yang cukup
terjal memungkinkan tempat ini sebagai tempat pertahanan terbaik di
zamannya. Benteng ini menunjukkan betapa hebatnya ahli bangunan nenek
moyang kita dalam membuat teknologi bangunan untuk pertahanan.
5. Si Gale gale
Menurut cerita, Seorang Raja dari Suku Karo di Samosir membuat patung
dari kayu untuk mengenang anak satu-satunya yang meninggal dunia.
Patung kayu tersebut dapat menari-nari yang digerakkan oleh beberapa
orang. Sigale - gale dimainkan dengan iringan musik tradisional khas
Batak. Boneka yang tingginya mencapai satu setengah meter tersebut
diberi kostum tradisional Batak. Bahkan semua gerak-geriknya yang
muncul selama pertunjukan menciptakan kesan-kesan dari contoh model
manusia.
Kepalanya bisa diputar ke samping kanan dan kiri, mata dan lidahnya
dapat bergerak, kedua tangan bergerak seperti tangan-tangan manusia
yang menari serta dapat menurunkan badannya lebih rendah seperti
jongkok waktu menari. Si gale-gale merupakan bukti bahwa nenek moyang
kita sudah dapat membuat boneka mekanikal atau robot walau dalam bentuk
yang sederhana. Robot tersebut diciptakan untuk dapat meniru gerakan
manusia.
6. Pengindelan Danau Tasikardi, Banten
Nenek moyang kita ternyata sudah mengembangkan teknologi penyaringan air
bersih. Sekitar abad ke16-17 Kesultanan Banten telah membangun
Bangunan penjernih air untuk menyaring air yang berasal dari Waduk
Tasikardi ke Keraton Surosowan. Proses penjernihannya tergolong sudah
maju. Sebelum masuk ke Surosowan, air yang kotor dan keruh dari Tasik
Ardi disalurkan dan disaring melalui tiga bangunan bernama Pengindelan
Putih, Abang, dan Emas.
Di tiap pengindelan ini, air diproses dengan mengendapkan dan menyaring
kotoran. Air selanjutnya mengalir ke Surosowan lewat serangkaian pipa
panjang yang terbuat dari tanah liat dengan diameter kurang lebih 40
cm. Terlihat sekali bahwa pada masa tersebut sudah mampu menguasai
teknologi pengolahan air keruh menjadi air layak pakai. Danau Tasik Ardi
sendiri merupakan danau buatan. Sebagai situs sejarah, keberadaan danau
ini adalah bukti kegemilangan peradaban Kesultanan Banten pada masa
lalu. Untuk ukuran saat itu, membuat waduk atau danau buatan untuk
mengairi areal pertanian dan memenuhi kebutuhan pasokan air bagi
penduduk merupakan terobosan yang cemerlang.
7. Karinding
Alat ini bukan cuma untuk menghibur tapi juga ternyata berfungsi
mengusir hama di kebun atau di ladang pertanian. Suara yang dihasilkan
oleh karinding ternyata menghasilkan gelombang low decibel yang
menyakitkan hama sehingga mereka menjauhi ladang pertanian. Frekuensi
suara yang dikeluarkan oleh alat musik tersebut menyakitkan bagi hama
tersebut, atau bisa dikatakan frekuensi suaranya melebihi dari rentang
frekuensi suara hama tersebut, sehingga hama tersebut akan panik dan
terganggu konsentrasinya.
Kecanggihan Karinding sebagai bukti bahwa nenek moyang kita sejak dulu
sudah mampu menciptakan alat yang menghasilkan gelombang suara. Ini
adalah alat mengusir hama yang aman bagi lingkungan. Dibutuhkan
perhitungan yang teliti untuk menciptakan alat musik seperti itu.
0 komentar:
Posting Komentar